Aku tak peduli, dengan mendungnya langit kala aku merindumu.
Aku tak peduli, pada gemuruh petir kala ucapan cinta terlontar dari bibirku.
Aku tak peduli, oleh bisingnya suara orang yang menghujat akan dirimu.
Yang aku peduli kan sekarang adalah kamu.
Kamu yang selalu menjadi alasanku untuk tersenyum.
Kamu yang selalu membuatku terbang walau akhirnya mendarat dengan sakit.
Aku heran, terkadang takdir senang sekali bercanda.
Mengapa ia mempertemukan kita dan membuatku jatuh cinta.
Namun tak mengizinkanku untuk memilikimu.
Ia hanya mengizinkanku selalu bersamamu, menjadi pengagum rahasiamu.
Bukan untuk menjadi milikmu.
Mungkin tidak sekarang, tapi ku harap kelak semua akan berbalik.
Dan takdir berada di pihak ku nanti.
Alasannya sangatlah singkat, karna kamu adalah seniorku.
Ada apa dengan kata itu, bukankah cinta tak memandang usia?
Bukankah cinta hadir tanpa kesengajaan?
Lalu justru mengapa mereka menganggap semua itu salah?
Baiklah jika memang tidak bisa begitu, bisakah aku membuat pilihan?
Bolehkah aku menyapamu sekali saja?
Atau biar kau saja yang menyapaku.
Ayolah hanya menyapa itu tidaklah sulit.
Kau juga tidak sakit karna itu bukan?
-sang junior-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar